BREAKING NEWS

YAYASAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN INDONESIA (YAPPI) email: teamyappi@gmail.com WA: 0813 1036 9438

STRATEGI CORONIAL

Prof. Muladno
Babak belurnya ekonomi di seluruh dunia gara-gara corona virus disease (covid19) sudah menjadi berita sehari-hari.  Namun demikian virus itu sebenarnya juga memberikan beberapa keuntungan diantaranya (i) membuat manusia berpola hidup bersih dan sehat (ii) beraktivitas dengan penuh kehati-hatian, (iii) meningkatkan rasa empati kepada sesama, (iv) produktif dan efisien beraktivitas secara on line, dan (v) dapat menjadikan corona sebagai kambing hitam bagi capaian kinerja kita yang tidak maksimal.

 Saat ini, selagi covid19 menjadi kambing hitam dari banyak persoalan sosial ekonomi dan bisa jadi merembet ke politik, kita perlu manfaatkan untuk membuat strategi baru dalam membangun peternakan di Indonesia. Jangan dibahas terus tetapi segera laksanakan saja. Sudah bertahun-tahun, solusi yang digunakan dalam mengatasi permasalahan kronis peternakan adalah bersifat parsial dan terkesan dikerjakan secara buru-buru. Akibatnya permasalahan masih terus ada hingga kini.

 Ada dua strategi yang diuraikan di sini, yaitu strategi membangun peternakan berskala industri (diwakili komoditas ayam ras pedaging) dan strategi membangun peternakan berskala kerakyatan (diwakili komoditas sapi pedaging). Untuk skala industri, strateginya saya buat akronim SINERGI sebagai berikut. 

Sasaran utamanya adalah terwujudnya usaha yang efisiensi, efektif, dan produktif dalam rangka meningkatkan daya saing produk peternakan di pasar global. Integrasi vertikal yang telah dijalankan perusahaan raksasa multi-usaha harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi efisiensinya. Bagi perusahaan mono-usaha, integrasi horizontal mutlak dilakukan. Era sekarang tidak mungkin lagi perusahaan mono-usaha melakukan sendiri, tetapi harus berkolaborasi. Integrasi horizontal memiliki makna kolaborasi antar pemangku kepentingan secara tersistem dan terukur, baik dengan instansi pemerintah, instansi perguruan tinggi, instansi perusahaan, dan komunitas peternak.

 Nurani dalam menjalankan bisnis di Indonesia yang berlandaskan pancasila ini harus diutamakan. Sifat tepo seliro kepada yang lain, ojo dumeh, dan semangat saling membantu merupakan karakter yang sangat penting dalam melanggengkan usaha peternakan berskala industri di Indonesia. Empati kepada siapapun tentu dapat menimbulkan semangat kekeluargaan dalam satu bangsa untuk bersama-sama membangun masyarakat yang sejahtera adil dan makmur. Regulasi pemerintah harus jelas dan terdistribusi secara tepat. NKRI ini negara besar yang tidak mungkin semua permasalahan ditangani pemerintah pusat saja. Tiga puluh empat pemerintah provinsi dan 450 pemerintah kabupaten/kota harus diperankan secara lebih nyata dan efektif untuk membuat suasana kondusif dalam industri peternakan di seluruh Indonesia

 Dalam rangka efisiensi dan produktif juga, Galakkan impor produktif dan galakkan juga ekspor konsumtif. Ada pandangan salah kaprah selama ini, bahwa impor itu adalah jelek sedangkan ekspor adalah baik. Padahal, dua-duanya baik tergantung niatnya. Impor barang yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas nasional, harus dilakukan. Misalnya impor jagung pakan unggas merupakan contoh impor produktif karena digunakan untuk membuat pakan kebutuhan ayam. Impor chicken leg quarter (CLQ) adalah contoh impor konsumtif dan ini harus dihindari. Demikian juga untuk ekspor. Dikatakan ekspor jelek jika barang yang diekspor merupakan bahan mentah karena kita tidak memperoleh nilai tambah.

 Terakhir, Insentif bagi pelaku usaha yang berprestasi. Untuk hal ini, memang perlu selalu ada evaluasi kinerja perusahaan secara objektif dan terukur. Pemerintah dapat bekerjasama dengan akademisi dan asosiasi untuk penyelenggaraan evaluasi ini. Dimulai di era coronial ini, semua pihak harus bersih, transparan, dan kolaboratif dalam menjalankan bisnis peternakan.

 Adapun strategi coronial untuk membangun peternakan berskala kerakyatan, saya membuat akronim KOMPAK

Konsolidasikan peternak rakyat supaya menjadi makin eksis melalui pendidikan dan pemberdayaan. Ini adalah peternak yang betul-betul peternak. Bukan peternak yang baru lahir karena adanya proyek. 

Organisir peternak yang terkonsolidasi agar mau membentuk perusahaan kolektif berjamaah atau koperasi. Pembentukan koperasi ini harus bernuansa bottom-up dalam upaya membuat komunitas peternak faham betul makna berkoperasi. Mendidik dan memberdayakan adalah kunci utama untuk suksesnya mengonsolidasikan dan mengorganisir komunitas peternak rakyat. 

Partnership (mitra setara) harus dijadikan landasan dalam kerjasama bisnis dengan siapapun. Tidak ada superior-inferior dalam bekerjasama tetapi lebih bernuansa saling membutuhkan. 

Anggaran pemerintah seharusnya digunakan untuk memfasilitasi semua komunitas peternak yang telah terkonsolidasi dan terorganisir dalam rangka mempercepat terbentuknya usaha kolektif berjamaah yang lebih profesional. 

Kolaborasi empat pihak yang terdiri atas Academician, Businesman, Government, dan Community (komunitas peternak rakyat) secara institusional harus diwujudkan secara legal formal yang di back-up dengan regulasi yang kuat kedudukannya, misalnya Peraturan Presiden atau Peraturan Pemerintah.

Mari bersama corona mencari berkah!!***

Penulis adalah Guru Besar Fapet IPB , Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Pengurus YAPPI (Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia)

Artikel ini telah dimuat di Majalah Trobos edisi Juli 2020

Share this:

Profil

 
Copyright © 2014 YAPPI. Designed by OddThemes